Kharisma Sumber Kewibawaan

Pengertian Kharisma
Kharisma berasal dari bahasa yunani charizthai yang berarti pemberian Tuhan yang menampilkan sesuatu yang lain dari seseorang manusia, baik berupa keagungan, kecantikan dan kebaikan serta keuletan.
Sedangkan menurut istilah, kharisma berarti pengolahan diri seseorang, dimana orang tersebut terus-menerus mengembangkan kelebihan dirinya sehingga memancar keluar dan bisa membuat orang lain bisa merasakannya atau menjadi fanatik atau pengikutnya atau kharisma adalah suatu perbuatan nurani ketika seseorang bisa menyeimbangkan dirinya untuk berbuat dengan mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri, bisa memikirkan perasaan orang lain, bisa bekerja dengan kasih sayang tanpa pamrih untuk kesejahteraan orang lain dan sebagainya.
Maka bisa disimpulkan bahwa kharisma adalah konsekuensi perbuatan positif yang memancar dari diri seseorang.

Kharismtis Pendidik dan Pemimpin.
Kharisma seorang pendidik dan pemimpin sangat penting peranannya, apalagi bisa kita lihat pada saat ini banyak sekali problematika pendidikan dan kepemimpinan yang timbul karena kurang berpengaruhnya peran serta pendidik kepada anak didiknya atau pemimpin pada masyarakatnya. Kharismatik ini muncul dari kepribadian seseorang yang melebihi masyarakat sekitarnya, sehingga masyarakat mempercayai secara mutlak akan kelebihan kepribadian seseorang tersebut. Kelebihan ini bisa karena penguasaan agamanya yang luas atau kepribadiannya yang baik dimata masyarakat.
Gaya kepemimpinan kharismatis adalah gaya kepemimpinan dimana pemimpin menyuntikkan antusiasme tinggi pada tim, dan sangat enerjik dalam mendorong untuk maju
Tapi dibalik pentingannya kharismatik ada juga hal-hal yang bisa kita bilang bersifat negative, diantaranya adalah:
a. Munculnya ketidakpastian dalam perkembangan, karena semua hal bergantung kepada keputusan pemimpin atau pindidik.
b. Sulitnya keadaan bagi tenaga-tenaga pembantu untuk mencoba pola-pola pengembangan yang belum diterima oleh kepemimpinan yang ada.
c. Kharismatik cenderung memperkokoh bangunan otoritas tunggal yang bertentangan secara formal dengan alam keterbukaan.
Menurut Abdurrahman Wahid, walaupun kepemimpinan kharismatik memiliki kekurangan, tetapi tidak serta merta harus dihilangkan karena kenyataannya pesantren eksis hingga sekarang juga dengan kepemimpinan kharismatik tersebut. Yang dibutuhkan adalah penerapan pola kepemimpinan yang lebih direncanakan dan dipersiapkan sebelumnya. Kharisma yang ada, dengan demikian akan diperkuat dengan beberapa sifat baru yang akan mampu menghilangkan kerugian dari kepemimpinan atau pendidikan.
Untuk menghindarkan dari sisi negatif kepemimpinan kharismatik yang terlalu percaya pada diri sendiri dan mengakibatkan kepemimpinan individualistik dan otoriter adalah dengan berusaha memberikan ruang untuk percaya kepada orang lain atau bawahan, sehingga tercipta suasana demokrasi yang terkontrol.


Sumber Kewibawaan
Mempunyai kewibawaan adalah idaman setiap orang, karena pada dasarnya manusia adalah kholifah. Tidak sedikit pertanyaan yang ada pada seseorang dalam mendapatkan kewibawaan. Kajian yang menghasilkan jawaban atas masalah ini adalah sebagai berikut:
1.Sakti (kesaktian)
Sakti artinya kekuatan dan daya luar biasa atau kekuasaan untuk dapat melahirkan sesuatu yang luar biasa. Sakti bukan berarti kekebalan walaupun kekebalan merupakan bagian dari sakti. Sakti ada pada manusia yang memiliki kesuburan atau kemaukmuran dan kesucian.
2.Keturunan
Keturunan merupakan dasar kewibawaan yang tradisional.
3.Ilmu
4.Sifat-sifat kepribdian.
Salah satu langkah lagi kearah kesaktian adalah penekanaan hawa nafsu yang berkaitan dengan kesucian, dihubungkan dengan sifat-sifat kepribadian seperti jujur, adil dan peramah.
Pandangan masyarakat tentang kewibawaan masih dipengaruhi konsepsi tradisional. Kemakmuran, kesucian dan penekanaan menjadi tanda-tanda. Saat sekarang, terutama karena perubahan social ekonomi, kemakmuran lebih banyak dkaitkan degan tanggung jawab dan partisipasi aktif dalam usaha-usaha kemakmuran.